kodim1612.blogspot.com--Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat menyelenggarakan kegiatan
pembinaan rohani dan pembinaan mental lintas agama bagi aparaturnya
baik ASN maupun non ASN. Kegiatan tersebut dilangsungkan di aula Setda
Kabupaten Manggarai Barat, yang juga dihadiri oleh anggota Koramil
1612-02/Komodo, Selasa (9/4/2919).
Kegiatan pembinaan rohani dan
mental lintas agama dan aparatur merupakan kegiatan menyambut pesta
demokrasi Pemilu 2019, dengan tema kegiatan "Satu Tujuan Melangkah
Bersama Menyukseskan Pesta Demokrasi Yang Berlandaskan Keimanan dan
Menjaga Harmonisnya Kebhinekaan Di Wilayah Kabupaten Manggarai Barat".
Kegiatan bertajuk pembinaan rohani dan mental lintas agama ini
bertujuan untuk meningkatkan kehidupan religi dan karakter aparatur
dalam menghadapi Pemilu 2019.
Lebih dari itu, aparatur Negara
baik yang ASN maupun yang non ASN dapat menjadi pelopor serta menjaga
solidaritas dalam Pemilu nanti, guna menjaga persatuan bangsa.
Tampil sebagai pembicara dalam kegiatan pembinaan rohani dan mental tersebut yakni rohaniawan Katolik Romo Heribertus Karno, Pr, Ketua Pengadilan Agama Kabupaten Manggarai Barat, Ihyadin Said, S.H, M.H., Pendeta Yedy Sofiany Isliko, S.Si., dari Gereja GMIT Labuan Bajo dan I Wayan Marta Tokoh Agama Hindu.
Ihyadin Said tokoh agama Islam
yang tampil dalam kesempatan tersebut mengaatakan proses memilih wakil
rakyat dalam Pemilu kali ini dalam sudut pandang Islam adalah Akad
Wakalah (Perwakilan). Dimana diperlukan pemenuhan atas rukun-rukunnya
agar sempurna suatu Akad Wakalah tersebut. Rukun-rukun wakalah adalah
adanya Muwakkil atau yang mewakilkan suatu perkara, wakil yaitu orang
yang menerima perwakilan, shighat at-tawkil atau redaksional perwakilan,
dan Al-umuur al-muawakkal Biha atau perkara yang diwakilkan. Oleh
karena itu, ketika memilih wakil rakyat, maka sesungguhnya seseorang
telah mewakilkan kepada si wakil rakyat tersebut untuk membuat hukum
(UU).
Romo Heribertus Karno mengatakan realitas politik bangsa
Indonesia dewasa ini menampilkan gejolak Politik yang mencuat dengan
Praktik Hoax, Politik uang dan Politisasi suku, agama, ras dan antar
golongan (SARA) dan Gereja Katolik dalam posisi ini, terpanggil untuk
terlibat dalam politik untuk menciptakan "Bonum Comune", kebaikan dan
kesejahteraan bersama yang dalam AA (Apostolicam Actuositatem), Konsili
Vatikan II mendorong Gereja agar ikut memperbaiki dan menyempurnakan
dunia.
Pada kesempatan tersebut, Romo Heribertus juga mengajak
umat Katolik sebagai ‘gereja’ yang berziarah juga dituntut untuk
berpartisipasina aktif dalam mewujudkan Pemilu yang berkualitas dan
gereja sendiri adalah sebagai persekutuan dan gerakan umat Allah. Gereja
memandang perlu kerja sama dengan negara dalam mewujudkan kesejahteraan
umum tersebut, dan peran semacam ini dijalankan oleh kaum awam.
Pendeta Yedy Sofiany mengungkapkan dalam ceramahnya setiap manusia
memiliki satu tubuh dan satu tubuh terdiri dari banyak sekali anggota
dengan bentuk dan perannya masing-masing, kalau kita melihat itu adalah
indah adanya. Indahnya sebuah perbedaan sebagai sebuah anugerah
seandainya kaki berkata karena aku bukan tangan maka aku tidak termasuk
anggota tubuh jadi benarkah kaki tidak termasuk dan seandainya telinga
berkata karena aku bukan mata maka aku tidak termasuk tubuh jadi
benarkah telinga tidak termasuk tubuh keseluruhan tubuh adalah mata.
Pendeta Yedy menambahkan, “Seperti Rasul Paulus mengatakan seandainya
keseluruhan tubuh adalah mata di manakah pendengaran, seandainya
seluruhnya adalah telinga di manakah penciuman. Kita mempunyai tugas dan
tanggung jawab dan seharusnya kita mampu melakukan itu di dalam satu
kesadaran bahwa semua yang kita miliki saat ini akan kita
pertanggungjawabkan di akhir kehidupan kita”.
Tokoh Agama Hindu I
Wayan Marta menyampaikan, “setiap agama mengajarkan kebaikan, setiap
agama mengajarkan konsekuensi dari sebuah tindakan yang dilakukan
setelah mengakui adanya kehidupan setelah mati dan dalam konsep ini
untuk mewujudkan kerukunan sesama umat beragama. Pemimpin harus memiliki
pengetahuan yang luhur dan suci sesuai dengan kitab suci atau ajaran
agama. Untuk itu pemimpin harus memiliki sifat yang merakyat dan seorang
pemimpin harus memiliki sifat pemberani berani menegakkan kebenaran dan
keadilan berdasarkan ajaran agama.
Hadir dalam kegiatan
pembinaan rohani lintas agama ini antara lain, Wakil Bupati Manggarai
Barat, para tokoh agama, sejumlah Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah
lingkup Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, sejumlah pimpinan instansi
vertikal, pimpinan BUMN/BUMD para pejabat eselon III, IV dan staf,
anggota Koramil 1612-02/Komodo. (Ucg)